Pencarian

8/04/2010

Kita Pasti Bisa!


Prolog:

Tadi pagi di sekolah diadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dengan materi pengarahan dari seorang nara sumber. Ada dua tema sentral yang coba disampaikan oleh Pembicara, yaitu Motivasi Kinerja Guru dan PTK. Saya berharap banyak bahwa kegiatan tersebut dapat berbuah maksimal. Namun, sayang sekali nampaknya harapan sedikit jauh dari kenyataan. Persiapan dan pengaturan acara yang kurang pas menjadikan acara tersebut berbuah minimalis. Selain itu, hal yang patut disayangkan adalah absennya beberapa guru dan staf TU pada acara tersebut. Seandainya semua personil dapat hadir, besar harapan pertemuan tersebut dapat berdampak besar bagi pemicu semangat kerja semua lapisan.


Diskusi:

Banyak faktor yang turut menentukan kualitas pendidikan, seperti mutu input (siswa), sarana, manajemen, kurikulum, dan faktor-faktor instrumental serta eksternal lainnya. Namun, peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan kualitas, relevansi, inovasi, dan efisiensi pendidikan selalu menjadi komponen yang sangat menentukan bagi keberhasilan upaya tersebut. Oleh karenanya, guru selalu mendapat tudingan pertama manakala terjadinya cacat pada produk pendidikan, yaitu kualitas peserta didik. Tidak sedikit gambaran atau wacana yang diangkat untuk menunjukkan citra guru sedang dituding menurun bersamaan dengan pencitraan penghargaan masyarakat - dan juga pemerintah - yang mulai terkesan proporsional dan professional terhadap profesi guru dengan fungsinya yang strategis.

Hal ini tentunya menjadi tantangan yang harus siap dihadapi guru dan pada saat yang sama harus dicarikan solusinya oleh berbagai pihak terkait (birokrasi dan organisasi kependidikan). Salah satunya berkaitan dengan masalah ekologi profesi bagi guru. Pekerjaan guru (mendidik) yang mulia dan seharusnya menyenangkan, seringkali malah menjadi sumber ketegangan lantaran iklim dan kondisi kerja yang terlalu sarat dengan beban tugas-tugas birokrasi, beban sosial-ekonomi dan tantangan kemajuan karir yang terkait erat dengan jaminan hak-hak kesejahteraan guru. Dalam hal beban birokrasi, guru harus berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan rutin administrasi yang bukan tugas-tugas profesional. Beban sosial antara lain terkait dengan tuntutan masyarakat yang masih memandang bahwa guru adalah sosok manusia serba tahu dan serba bisa. Tidak sedikit orangtua yang memiliki tuntutan yang melampaui kemampuan guru agar anak mereka menjadi serba bisa sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, kondisi objektif di lapangan sangat mungkin guru menghadapi pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan, informasi, dan teknologi -termasuk masalah kependidikan, yang menuntut dirinya harus lebih profesional dan bahkan siap 'bersaing' dengan peserta didik dalam hal itu. Beban-beban yang sudah berat itu, menjadi semakin kompleks manakala guru, terutama yang hidup dikota, juga harus berjuang meningkatkan kemampuan finansial dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang memang masih jauh dapat dipenuhi dengan gaji mereka. Semua kondisi ini, tidak dapat dipungkiri sangat berpengaruh timbal balik terhadap profil psikologis guru.

Beranjak dari paparan di atas, tugas professi guru masa depan sangat berat. Ia bukan saja harus memiliki sejumlah kompetensi akademis semisal penguasaan materi pelajaran, kepiawaian dalam merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran dengan berbagai metode mutakhir, serta terampil dalam menggunakan alat peraga dan media pembelajaran; melainkan juga ia harus memiliki kematangan dan ketegaran kepribadian. Aspek kepribadian sebagai unsur penting dalam kinerja guru profesional akhir-akhir ini mulai banyak diangkat kembali oleh para pakar setelah selama waktu yang cukup panjang tersisihkan oleh gencarnya pembahasan teknis metodologis mengajar dengan landasan gagasannya diangkat dari aliran-aliran Behavioristik: teori belajar, conditioning, hukum pengaruh, dan Kognivistik. (Dedi Supriadi, 1999:10; Mohamad Surya, 2003:43: H.A.R Tilaar, 1999:295). Salah satu aspek yang berkaitan dengan kematangan dan ketegaran kepribadian adalah kecerdasan emosi (Emotional Intelligence) atau Emotional Quotient (EQ).

Kecerdasan ini berkaitan antara lain dengan kemampuan seseorang (guru) dalam mengelola emosi terhadap diri dan orang lain, menghadapi kesulitan dan kesuksesan hidup, kasih sayang, cinta kasih yang tulus, dan tanggung jawab. Sehubungan dengan tugas berat guru di masa depan, maka jelas tidak bijaksana kalau tudingan demi tudingan negatif selalu dialamatkan kepada guru tanpa adanya upaya yang komprehensif dalam membenahi sistem pendidikan dari mulai sistem produksi guru di LPTK, sistem rekrutmen tenaga guru, sitem pengawasan manajemen sekolah, sistem pembinaan guru dan tentunya sistem “punish and reward” terhadap profesi guru.

Jika semua sistem berjalan sinergis, jujur, adil, bijaksana dan disiplin, dari hulu sampai hilir, maka tidak mustahil kualitas pendidikan di tanah air akan menjulang tinggi, tidak kalah dari negara lainnya.
Semoga, kita akan menjadi negara yang tidak hanya besar dalam ukuran luas wilayah dan tinggi jumlah penduduknya tetapi juga besar, luas dan tinggi kualitasnya.

No comments:

Post a Comment